Makalah Quantum Learning

Posted by Unknown Label:

PEMBAHASAN
  1. Quantum Learning
Quantum learning adalah kiat, petunjuk, atau strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat , serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan. Ada berberapa teknik pengembangan salah satunya milik Bobbi DePorter yang mengembangkan teknik yang ditujukan untuk membantu siswa menjadi lebih responsive dan lebih bergairah dalam menghadapi tantangan.
Quantum Learning merupakan upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebut suggestologi. Prinsipnya adalah sugesti pasti dan dapat mempengaruhi hasil situasi belajar. Cara yang digunakan ialah suasana belajar seperti dikelas dibuat senyaman mungkin, Seperti penggunaan music, poster besar yang menonjolkan informasi, ditempelkan. Guru yang terampil dalam seni pengajaran sugesti bermunculan.
Menurut Bobbi DePorter dan Hernacki, quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program Neurolingistik (NPL), yaitu suatu penelitian bagaimana otak mengatur informasi. Para pendidik dengan pengetahuan NPL mengetahui bagaiman menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif dan faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling penting. Semua ini dapat menunjuk anda menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang.
Porter mendefinisikan quantum learning sebagai interaksi yang mengubah cahaya menjadi energy. Sebagai pelajar tujuan manusia adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, yaitu interkasi ,hubungan , inspirasi agar dapat menghasilkan energy cahaya.  Mengutip rumus E = mc2 mereka mengalihkan energy tersebut kedalam analalogi tubuh manusia yang secara fisik adalah “ sebuah materi” pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan NPL teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti teori otak kanan atau otak kiri, teori triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik). Teori kecerdasan ganda, pendidikan holostik, belajar berdasarka pengalaman.
Hal yang penting yang perlu dicatat pada quantum learning ialah para siswa dikenali tentang kekuatan pikiran yang tak terbatas. Otak setiap orang itu sama dengan otak Einstein yang dikenal sebagai jenius yang berbeda hanya bagaimana kita mengolahnya. Berbagai faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan dapat menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan dalam belajar bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendorong bagi keberhasilan dalam belajar. Dan setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan kegembiraan dan tepukan.
Quantum learning mengonsep “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat”. Penataan ini bertujuan untuk membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif ini merupakan asset penting dalam belajar. Peserta didik dikondisikan kedalam lingkungan belajar yang optimal, baik secara fisik maupun mental. Kondisi lingkungan inilah yang diharapkan menjadi langkah pertama yang efektif bagi pengalaman belajar.
Penataan lingkungan belajar dibagi dua, yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro.
1.      Lingkungan mikro
Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum menerapakan penataan cahaya, music dan desain ruangan karena semua itu dinilai dapat mengaruhi proses belajar siswa dalam menerima menyerap, dan mengolah informasi. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang dapat menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan ini dapat mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dan mampu belajar dengan mudah. Keadaan tegang dapat menghambat aliran darah keotak dan proses otak bekerja serta akhirnya dapat menganggu konsentrasi.
2.      Lingkungan makro
Lingkungan makro ialah lingkungan luas. Peserta didik diminta menciptakan ruang belajar dimasyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi. Berinteraksi sosial kelingkungan masyarakat yang diminatnya. Menurut Potter semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan mereka akan semakin mahir untuk menghadapi situasi –situasi yang menantang dan semakin mudah anak mempelajari informasi baru. Dan semakin aktif siswa dan berinteraksi hal ini akan memperkaya pengalaman pribadi mereka. Selain itu juga mereka belajar mengambil peluang yang akan datang dan menciptakan peluang jika memang tidak ada peluang. Dengan catatan mereka terlibat aktif dalam setiap interksi. Siswa dipersiapakan dengan segala macam perubahan sehingga mereka terus belajar dari situasi yang baru. Pangalam mendapat sesuatu yang baru akan memperluas rasa nyaman ,dan merasa dihargai.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal:267-271. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
  • Riset otak
Selain riset otak diatas, ada riset lainnya yaitu sebuah teori otak baru “triune theory” (dalam martinson 1974). Menurut teori ini otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1)      the neocortex
The neocortex merupakan bagian yang berisi 80-85 % massa otak manusia. Bagian ini merupakan esensi dari fungsi manusi mental tinggi (analisa, kreativitas). Bagian ini yang membuat manusia unik dibandingkan makhluk lain di bumi.
2)      the limbic system
adalah pusat emosi manusia. Bagian otak ini disebut sebagai bagian sosioemosional. The limbic system juga mamiliki bagian esensial yang berperan dalam memori jangka panjang (long term memory) manusia.
3)      the brain system
The brain system dikenal jga sebagai otak reptile atau the reptilian brain berperan mengendalikan fungsi tubuh yang bersifat otomatis seperti detak jantung, pernafasan dan pencernaan. Bagai berkaiatan juga dengan sifat intrinsik manusia. Otak ini akan bekerja jika manusia mendapat ancaman. Nagiam otak ini akan melindungi manusia agar tetap hidup (survive).
Manusia harus dapat menyeimbangkan peran semua bagian otak. Dalam belajar bagian otak yang terkai dengan fungsi kretifitas tinggi seperti analisis, sintetios dan kreativitas.
“Triune theory (dalam rose 2003) mengemukakan bahawa “ a sense of joy” yaitu belajar harus dalam kondisi yang menyenangkan. Menurut teori ini proses belajar akan menjadi lebih cepat dan mendalam apabila seluruh otak terlibat didalamnnya. Manakala perasaan seseorang sedang dalam kondisi positif, maka dia akan berada dalam keadaan sntai. Dia akan menggunakan neocortec yaitu otak ntuk belajar. Sebaliknya manakal seseorang dalam kondisi negative, individu akan menggunakan otak reptile untuk “survive” maka proses belajar akan melibatkan dan bahkan berhenti.
(Iif Khoiru Ahmadi, M.pd dkk, Pembelajaran Akselerasi hal 10-11)
  • Teori otak kanan dan otak kiri
Teori ini membagi bagian otak menjadi otak kiri dan otak kanan dan kiri. Eksperimen terhadap kedua belahan otak ini menunjukan bahwa masing- masing belahan bertanggung jawab terhadap cara berpikir dan masing- masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu. Misalnya, proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial , linier dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Sedangkan otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Kedua belahan otak penting artinya. Orang yang dapat memnfaatkan kedua belahan otak ini cenderung seimbang dalam setiap aspek hidupnya. Begitupun dalam belajar , akan terasa  mudah karena mereka mempunyai pilihan untuk mengunakan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang sedang dihadapi.
(DePortet, Bobbi dan Mike Hernacki. 2011. Quntum Learning, 36-38. Bandung: Kaifa)
  • Metode Belajar
Pilihan modalitas ada 3 jenis, visual, auditorial dan kinestetik. Untuk mengetahui perbedaannya, salah satu cara sederhana adalah memperhatikan perilaku kita saat menghadiri seminar. Pelajar auditorial lebih suka mendengar materi dan kadang-kadang kehilangan urutannya jika mereka mencatat materinya selama materi berlangsung. Pelajar visual lebih suka membaca makalah dan memperhatikan ilustrasi yang ditempelkan pembicara dan memperhatikan ilustrasi yang ditempelkan pembicara di papan tulis. Mereka juga membuat catatan-catatan yang sangat baik. Pelajar kinestetik lebih baik dalam aktivitas bergerak dan interaksi kelompok.
(DePortet, Bobbi dan Mike Hernacki. 2011. Quntum Learning, hal:114. Bandung : Kaifa)
  1. Quantum Teaching
1.      Sejarah Quantum Teaching
Sejalan dengan quantum learning ,ditemukan juga upaya pengajaran yang bernama quantum teaching. Hal ini berawal dari sebuah upaya Dr. Georgio Lozanov. Yang bereksperimen yang bernama sugestology.
Belajar pada khakikatnya merupakan proses perubahan didalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap dan kebiasaan, dan kepandaian. Belajar juga merupakan salah satu proses penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang melibatkan pendidikan peserta didik. Menurut Bobbi DePorter, “belajar adalah tempat yang mengalir, dinamis, penuh resiko, dan menggairahkan”. Peter Klien mengatakan, “learning is most effective when its fun (belajar akan lebih menyenangkan apabila menyenangkan.)” Sedangkan Dave meyer mengatakan bahwa menyenangkan bukan berarti membuat suasana ribut atau hura-hura. Tetapi yang dimaksud ialah keadaan dimana bangkitnya minat ,adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman dan nilai menyenagkan dari setiap proses pembelajaran. Penciptaan kegembiraan ini dapat diperoleh dengan memilih media atau motode yang sesuai dalam proses pembelajaran. Salah satunya ialah quantum teaching. Siswa harus aktif dalam setiap pembelajaran, menyusun konsep, menyesuaikan dan memberi makna tentang hal yang dipelajari. Dalam quantum teaching, peranan guru adalah membantu agar proses pengkonstruksian belajar oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa mengembangkan dan membentuk pengetahuannya sendiri tidak memtransfer pengetahuan siswa.
Berdasarkan pada pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang melibatkan anak didik yang yang diperoleh dari suatu lingkungan yang dapat menciptakan suasana dinamis, mengalir, dan menyenangkan sehingga anak dapat lebih aktif dalam melakukan pembelajaran.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal: 271. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
Kata quantum ini berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, jadi quantum teaching merupakan lingkungan belajar yang efektif dengan menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi dalam kelas. Sebenarnya model pembelajaran quantum teaching pertama kali muncul di super camp, sebuah program pemercepatan quantum learning yang ditawarkan oleh learning forum. Learning forum adalah sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan kepada perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi seseorang. Selama 12 hari (menginap), siswa-siswa mulai usia 9 tahun sampai 24 tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreatifitas, berkomunikasi dan membina hubungan serta kiat-kiat meningkatkan kemampuan mereka menguasai hal-hal dalam kehidupan. hasilnya menunjukan bahwa murid-murid yang mengikuti super camp mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan lebih bangga dengan diri mereka sendiri.
(A’la, Miftahul. 2010. Quantum Teaching, hal: 21-22. Jogjakarta: DIVA Press.)
2.      Pengertian Quantum Teaching
Metode pembalajaran quantum teaching merupakan aspek penting dalam kemajuan pendidikan di sekolah. Siswa akan dapat belajar dengan baik jika berada dalam kondisi ideal dengn kasih sayang, kehangatan, dorongan, dan dukungan. Bila hal itu terus berlanjut, kesenangan dan kecepatan belajar dapat melekat erat dalam diri siswa. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai metode yang digunakan atau diterapkan oleh pendidik. Dalam hal ini adalah guru yang meningkatkan kualitas pendidikan anak didik sehingga akan diperoleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan dunia kerja di massa yang akan datang.
Quantum merupakan istilah yang banyak digunakan dalam ilmu fisika, namun kini juga menjadi populer dengan munculnya istilah-istilah quantum learning, quantum business, dan quantum teaching. Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Quantum teaching adalah badan ilmu pengetahuan (body of knowledge) dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas super-camp.  Metode ini diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan, seperti accelerated learning, multiple intelligences, neuroa-linguistic programming, exper-mental learning, dan lain-lainnya.
Menurut Bobbi DePorter, quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungfan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal:273. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
3.      Asas Utama Quantum Teaching
      Quantum teaching bersandar pada konsep “bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.” Inilah asas utama atau alasan dasar di balik segala strategi, model, dan keyakinan quantum teaching.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal: 274. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
      Maksudnya yaitu, mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama kita sebagai pengajar harus membangun jembatan autentik memasuki dunia murid. Sertifikat mengajar atau dokumen yang mengizinkan mengajar atau melatih hanya berarti bahwa memiliki wewenang untuk mengajar.  Hal ini tidak berarti bahwa  mempunyai hak mengajar. Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh siswa, bukan oleh Kementrian Pendidikan. Belajar dari segala definisinya afalah kegiatan yang full-contact. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia-pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena belajar berurusann dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru.
      Jadi, masuki dahulu dunia mereka (para pembelajar). Mengapa? Karena tindakan ini kan memberi seorang guru izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Bagaimana caranya? Dengan mengaitkan apa yang diajarkan pada sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, guru akan dapat membawa mereka ke dalam dunia guru, dan memberi mereka pemahaman mengenai isi dunia itu. Disinilah kosa kata baru, model mental, rumus, dan lain-lain dibeberkan. Seraya menjelahahi kaitan dan iteraksi, baik siswa maupun guru mendapatkan pemahaman baru dan “Dunia Kita” diperluas tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru.
(Siregar, Eveline dan Harrtini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, hal: 83. Bogor : Ghalia Indonesia.)
4.      Prinsip-Prinsip Quantum Teaching
      Menurut Bobbi DePorter, quantum teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
a.      Segalanya berbicara. Segala tingkah laku yang dilakukan oleh guru merupakan salah satu cara untuk berinteraksi dengan siswa sehingga siswa dapat “menangkap” yang guru ajarkan dengan cepat.
b.      Segalanya bertujuan. Semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki tujuan.
c.       Pengalaman sebelum pemberian nama. Guru dalam memberikan materi pelajaran disesuaikan dengan pengalaman yang pernah dialami oleh siswa sehingga akan dengan mudah siswa memahami materi yang diajarkan.
d.      Akui setiap usaha. Guru harus dapat mengakui setiap usaha siswa dalam menangkap materi yang diberikan dengan memberikan pengakuan atas segala kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e.       Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Guru dapat memberikan pujian kepada siswa atas prestasi yang mereka peroleh sehingga akan mendorong mereka untuk tetap dalam keadaan prima.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal:274. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
5.      Model Quantum Teaching
Model quantum teaching hampir sama dengan simfoni. Dalam simfoni, banyak unsur yang mendukungnya. Kita dapat membagi unsur tersebut menjadi dua kategori, yaitu konteks dan isi (context and content).
a.      Konteks (context) merupakan keakraban ruang orchestra itu sendiri (lingkungan), semangat konduktor dan para pemain musiknya (suasana), keseimbangan instrument dan musisi dalam bekerja sama (landasan), dan interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan). Unsur-unsur ini berpadu dan kemudian menciptakan pengalaman bermusik yang menyeluruh. Konteks menata panggung mempunyai empat aspek yaitu sebagai berikut.
1)      Suasana, konduktor dan pemain musiknya. Maksudnya, suasana kelas mencakup bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap guru terhadap sekolah dan belajar. Suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar.
2)      Landasan, keseimbangan instrument dan musisi. Maksudnya adalah kerangka kerja yaitu tujuan, prinsip, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama untuk bekerja dalam komunitas belajar.
·         Tujuan,di kelas tujuan yang sama bagi setiap seluruh siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai pemain tim, serta mengembangkan keterampilan lain yang dianggap penting. Misalnya pada akhir tahun ini, semua orang disini akan bisa berbahasa Jepang cukup baik untuk melakukan percakapan panjang.
·         Prinsip, gambaran tentang cara yang dipilih para anggotanya untuk menjalani kehidupan ini. Prinsip ini mirip dengan kesadaran bersama yang akan menuntun prilaku dan membantu tumbuhnya lingkungan yang saling mempercayai dan mendukung. Agar prinsip melekat, setiap orang di kelas harus setuju bahwa prinsip tersebut penting dan harus dijunjung tinggi. Di bawah ini adalah satu set prinsip quantum teaching yang biasa disebut 8 kunci keunggulan, yaitu sebagai berikut:
a)      Integritas, bersikaplah jujur, tulus, dan menyeluruh. Selaraskan nilai-nilai dengan perilaku guru.
b)      Kegagalan awal kesuksesan, pahamilah bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi yang kita butuhkan untuk sukses. Kegagalan itu tidak ada, yang ada adalah hasil dan umpan balik. Semuanya dapat bermanfaat jika kita tahu cara menemukan hikmahnya.
c)      Bicaralah dengan niat baik, berbicaralah dengan pengertian positif dan bertanggung jawab untuk komunikasi yang jujur dan lurus. Hindari gossip dan komunikasi berbahaya.
d)      Hidup disaat ini, pusatkan perhatian kita pada saat ekarang ini, dan manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Kerjakan setiap tugas sebaik mungkin.
e)      Komitmen, penuhi janji dan kewajiban kita, laksanakan visi kita. Lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan kita.
f)        Tanggung jawab, bertanggung jawablah atas tindakan kita.
g)      Sikap luwes atau fleksibel, bersikaplah terbuka terhadap perubahan atau pendekatan baru yang dapat membantu memperoleh hasil yang diingingkan.
h)      Keseimbangan, jaga keselarasan pikiran, tubuh, dan jiwa kita. Sisihkan waktu untuk membangun dan mmelihara tiga bidang ini.
·         Keyakinan, yakinlah dengan kemampuan mengajar dan kemampuan siswa belajar. Bertindak seolah-olah menjadi guru terhebat di dunia, dengan bersikap penuh percaya diri. Suatu saat guru akan percaya akan kemampuannya itu sendiri.
·         Kebijakan, mendukung tujuan komunitas belajar dan menjelaskan urutan tindakan untuk situasi tertentu. Misalnya, jika siswa tidak dapat hadir, mereka meminta tugas yang terlewat dari guru.
·         Prosedur, memberi tahu siswa apa yang diharapkan dan tindakan apa yang diambil. Misalnya berbaris di depan pintu sebelum masuk, tempat mengumpulkan pekerjaan rumah, dan sebagainya.
·         Peraturan, lebih ketat daripada kesepakatan atau kebijakan. Melanggar peraturan harus menimbulkan konsekuensi yang jelas. Misalnya, karena kita saling mendukung, maka tidak ada kata ejek-ejekan, jika ada yang melanggar, konsekuensinya bisa berupa peringatan, setrap dan sebagainya.
3)      Lingkungan, yaitu cara kita menata ruang kelas, pencahayaan warna, pengaturan meja dan kursi, tamanan, musik, dan semua hal yang mendukung proses belajar.
·         Lingkungan sekeliling. Lingkungan yang ada di sekeliling dapat membantu daya ingat, seperti sebuah gambar lebih berarti daripada seribu kata. Bisa juga dengan menciptakan poster ikon (gambar-gambar yang nantinya akan dipajang pada dinding), poster afirmasi (poster motivasi dengan pesan-pesan yang membuat siswa semangat.)
·         Alat bantu. Benda yang dapat mewakili suatu gagasan, seperti boneka untuk mewakili tokoh dalam karya sastra.
·         Pengaturan kursi. Pengaturan kursi disesuaikan dengan jenis interaksi yang akan digunakan, seperti setengah lingkaran untuk diskusi kelompok. Jika kursi sulit dipindahkan bisa dengan membalikan badan dengan berinteraksi kelompok kecil, atau duduk diantara lorong antara kursi.
·         Tumbuhan, aroma, hewan peliharaan , dan unsur organik lainnya. Tumbuhan menambah keadaan estetika, binatang dapat menenangkan dan mngeluarkan sifat penyayang, aroma memicu respons seperti ketenangan, depresi, kelaparan, dan kecemasan.
·         Musik, digunakan untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar.
(Siregar, Eveline dan Harrtini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, hal: 86-87. Bogor : Ghalia Indonesia.)
4)      Rancangan, interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik. Maksudnya adalah penciptaan terarah pada unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa untuk mendalami makna, dan memperbaiki postur tukar-menukar informasi.
Menurut Bobbi DePorter, kerangka rancangan belajar quantum teaching dikenal dengan sebutan “tandur”, yaitu tumbukan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.
·         Tumbuhkan
Guru harus mampu menumbuhkan minat belajar kepada siswa dan dalam hal ini guru harus mampu menumbuhkan minat belajar kepada siswa agar kemampuan siswa dapat meningkat. Manfaatkan kehidupan pelajar dengan menyertakan diri mereka dan memikat mereka. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu”(AMBAK). Dengan menyertakan pertanyaan, pantomime, lakon pendek dan lucu, drama, video, dan cerita.
·         Alamiah
Dalam penyampaian materi pembelajaran, guru harus memberikan contoh yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa. Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa, dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman membuat kita mengajar “melalui pintu belakang” untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan mereka. Misalnya dengan cara permainan.
·         Namai
Penyampaian materi yang jelas dan lugas akan sangat membantu siswa dalam memahami dan mengerti materi pelajaran yang diberikan. Untuk mewujudkan hal tersebut, guru dalam menyampaikan materi harus menggunakan kata dan kalimat yang benar dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa akan mudah untuk menerima materi pelajaran dengan baik. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”. Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan dan mendefinisikan. Penamaan dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, ketrampilan berpikir dan strategi belajar. Misalnya dengan menggunakan susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan poster di dinding. Dari situ guru menbuat mereka penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka.
·         Demonstrasikan
Dalam menyampaikan materi, guru dapat menggunakan media atau alat peraga dengan maksud supaya siswa dapat dengan mudah memahami dan mengerti materi pelajaran yang telah diberikan.
·         Ulangi
Guru dapat memberikan ringkasan atau rangkuman materi pelajaran kepada siswa supaya siswa dapat dengan mudah mengingat materi pelajaran yang telah diberikan.
·         Rayakan
Rayakan maksudnya guru dapat memberikan penghargaan atau pujian kepada siswa atas segala usaha dan kerja keras mereka dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan sehingga siswa merasa diakui setiap usahanya.
Kerangka rancangan belajar tersbut bertujuan untuk memberikan cara atau jalan kepada pendidik (guru) dalam menyampaikan materi pelajaran dan cara untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa karena dengan menerapkan kerangka rancangan belajar tersebut, guru dan siswa dapat saling bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan siswa dapat menangkap materi yang diajarkan dengan baik.
(Siregar, Eveline dan Harrtini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, hal: 84-89. Bogor : Ghalia Indonesia.)
Unsur-unsur dalam kerangka rancangan belajar tersebut membentuk basis structural keseluruhan yang mendasari quantum teaching. Kerangka ini juga memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan mencapai sukses.
b.      Isi (content), anggaplah sebagai lembaran musik. Not-not nyata pada semua halaman, yang lebih dari sekedar pada sebuah halaman. Salah satu unsur isi adalah bagaiman tiap frase musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap orchestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen.
Presentasi, seperti isi dalam simfoni, yaitu bagian kurikulum yang ringkas dan bergairah, anggun tapi menarik, penyanyi yang piawai, baik seorang guru TK atau penceramah motivasional memiliki strategi an teknik yang jelas untuk mwmastikan bahwa sajian mereka memiliki dampak. Guru adalah salah satu faktor yang paling berarti dan berpengaruh dalam kesuksesan siswa sebagai pelajar.  Berikut ini adalah empat komunikasi ampuh, yaitu sebagai berikut.
1)      Munculkan kesan, manfaatkanlah kemampuan otak untuk mnyediakan asosiasi yang kaya. Susunlah perkataan yang meminbulkan citra yang dapat memacu belajar siswa. Misalnya, “Bagian ini sangat menantang, maka simaklah baik-baik supaya kalian memahaminya”. Jangan mengatakan hal. “Anak-anak, bagian bab ini paling sulit dan membosankan, jadi kalian harus waspada kalau tudak mau gagal”.
2)      Arahkan focus, memanfaatkan kemampuan otak yang mampu memilih dari banyaknya input indrawi, dan memusatkan perhatian otak. Maksudnya seorang guru harus bisa memusatkan perhatian siswa pada bahasan yang akan seorang guru bahas. Misalnya jangan menggunakan, “Jangan dekati perlengkapan seni itu saat kalian pindah ke kelompok kalian”. Hal itu justru menarik perhatian ke perlengkapan seni, arahkan fokus dengan, “Cari tempat berkumpul ke kelompok kalian. Pindahlah langsung ke tempat itu dan baawa buku kalian”. Tanpa menyebutkan perlengkapan seni dan menyebutkan focus yang jelas, kita bisa mengarahkan siswa agar tidak mendekati perlengkapan seni tersebut.
3)      Inklusif (bersifat mengajak), di dalam perkataan seorang guru harus menimbulkan asosiasi yang positif. Misalnya, “Bapak minta kalian mengeluarkan buku kalian”. “Yang harus kalian lakukan berikutnya adalah mengeluarkan pekerjaan rumah kemarin”. “Bapak minta kalian mengumpulkan bahan-bahan kalian”. Sebaiknya, “Mari kita keluarkan buku”. “Sekarang keluarkan pekerjaan rumah kalian”. “Sudah waktunya mengumpulkan bahan-bahan kita”. Perubahan sederhana dalam kata dapat meningkatkan hubungan kerja sama yang menyeluruh, setiap orang diajak.
4)      Spesifik (bersifat tepat sasaran), katakanlah apa yang perlu dikatakan dengan kejelasan seanyak mungkin dan jumlah kata sedikit mungkin. Inilah yang disebut hemat bahasa. Misalnya para siswa bersiap-siap untuk beristirahat. Jadi guru berkata, “Anak-anak, bersiaplah untuk istirahat”. Seharusnya, “Anak-anak, kembalikan bahan ke tempatnya dengan rapi, masukkan sampah ke tempat sampah, dan simpan kertas kalian dalam rak berlabel lalu kalian boleh beristirahat”. Hemat bahasa di sini bukan berarti sedikit bicara, namun kejelasan tujuan yang akan guru sampaikan kepada siswanya.
(Siregar, Eveline dan Harrtini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, hal:89-90. Bogor : Ghalia Indonesia.)
Fasilitasi, dengan memfasilitasi keadaan siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk memahami, berpartisipasi, berfokus, dan menyerap informasi.
1)      Know it (ketahui hasilnya), pahamilah semua yang akan kita sampaikan, rupa (table yang berisi tiga faktor untuk kejadian dna akibatnya), bunyi (siswa saling berdiskusi melengkapi table), rasa hasil (siswwa dengan tenang pergi ke rak buku untuk mencari informasi). Sejauh mana guru mengetahui rupa, bunyi, rasa hasil, guru dapat mengkomunikasikannya dengan jelas dan mendapatkan hasil yang diinginkan.
2)      Explain it (jelaskan hasilnya), setelah mengetahui dengan jelas rupa, bunyi, dan rasa hasil. Jelaskan kepada siswa bayangan tentang hasil itu, beberkan secara terbuka, gunakan rumus yang spesifik. Misalnya, “Tantangan ini sederhana, kualitasnyapasti luar biasa. Begini caranya, gambarkan dengan jelas, boleh menggunakan media…, pastikan siklusnya berwarna, dinamai dengan benar…,serinci mungkin”.
3)      Get it (dapatkan hasilnya), perhatikan dan dengarkan siswa memulai, jika tidak mematuhi beri tahu mereka dan beri umpan balik, hentikan sesaat dan katakana mutu pekerjaan mereka. Lebih baik lagi katakan perbaikan yang perlu siswa lakukan, lalu lanjutkan kembali.
(Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, hal 90-91. Bogor: Ghalia Indonesia.)
6.      Aspek Pembelajaran Quantum Teaching
Fasilitas belajar yang memadai sangat mendukung dalam kegiatan belajar mengajar. Ruang kelas dan segala isinya merupakan salah satu bagian terpenting dalam kelancaran proses belajar mengajar. Menurut Bobbi DePorter, kelas dapat menjadi “rumah” bagi siswa tidak hanya terbuka terhadap umpan balik, tetapi juga mencarinya; tempat siswa belajar dan mendukung orang lain; tempat siswa mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh. Beberapa konteks dalam menata kelas adalah sebagai berikut.
a.      Suasana kelas yang berisi interaksi guru dan siswa yang penuh dengan kegembiraan yang akan membawa pula kegembiraan pula dalam belajar.
b.      Landasan yang berupa kerangka kerja yang akan memberi guru dan siswa sebuah pedoman bekerja dalam komunitas belajar.
c.       Lingkungan, yaitu bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang nyaman yang dapat mendukung proses belajar.
d.      Rancangan adalah unsur-unsur penting yang dapat menumbuhkan minat siswa dalam menerima materi pelajaran.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal:277. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
7.      Strategi Pembelajaran Quantum Teaching
Menurut Bobbi DePorter, terdapat enam strategi atau cara mengajar Quantum Teaching.
a.      Kekuatan-Terpendam Niat
Guru harus selalu memandang siswa sebagai siswa yang hebat, top dan pandai sehingga guru akan dapat dengan mudah memahami siswa. Materi pelajaran yang diberikan pun dapat dengan mudah diterima oleh siswa.
b.      Jalinan Rasa Simpati dan Saling Pengertian
Guru harus membangun hubungan yang baik dengan siswa, menjalin rasa simpati, dan saling pengertian karena hubungan ini yang akan membuat guru memahami, mengertil dan mengetahui mereka sehingga akan memudahkan guru dalam pengelolaan kelas dan meningkatkan kegembiraan.
c.       Keriangan dan Ketakjuban
Guru menciptakan suatu kegembiraan dalam mengajar lebih menyenangkan. Kegembiraan akan membuat siswa lebih mudah dalam menangkap materi pelajaran yang diberikan. Memasukkan ketakjuban dan penjelajahan ke dalam belajar akan kembali membebaskan siswa, menambahkan arti lebih pada belajar jika belajar diawali dan dicari melalui ketakjuban, penjelajahan, dan pertanyaan.
d.      Pengambilan Risiko
Pengambilan risiko dalam belajar akan membangkitkan kesukaan bertualang alami kepada siswa dan akan menambah pengalaman mereka. Pengambilan risiko juga dapat membawa siswa untuk berani keluar dari zona nyaman mereka sehingga mereka bisa lebih bebas berekspresi dan berpendapat.
e.       Rasa Saling Memiliki
Semua siswa engine merasa saling memiliki. Dengan membangun rasa saling memiliki, akan mempercepat proses pengajaran dan meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.
f.        Keteladanan
Guru harus dapat memberi teladan kepada siswa karena semakin guru memberi teladan, siswa akan semakin tertarik dan mulai mencontohnya karena mereka merasa ada kecocokan antara keyakinan, perkataan, dan perbuatan.
Keenam strategi quantum teaching tersebut merupakan bahan-bahan kunci untuk membangun suasana belajar yang abgus sehingga akan tercipta suasana belajar yang tidak hanya biasa saja, tetapi akan tercipta suuatu pengalaman penemuan strategi belajar yang luar biasa.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal: 278. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)




DAFTAR PUSTAKA
A’la, Miftahul. 2010. Quantum Teaching. Jogjakarta: DIVA Press.
Ahmadi, Iif Khoiru  dkk. 2011.  Pembelajaran Akselerasi. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2011. Quntum Learning. Bandung : Kaifa
Kastolani. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning. Bandung : Kaifa.
Siregar, Eveline dan Harrtini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia.
Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.

0 komentar:

Posting Komentar