Strategi Pembelajaran

Posted by Unknown Label:

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Pemahaman tentang pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran adalah hal yang sangat penting, terutama dalam konteks penguasaan konsepsional terhadap pembelajaran. Strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode atau prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Pemilihan strategi pembelajaran sangatlah penting. Artinya, bagaimana pengajar dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran (Gafur, 1989). Namun, harus diingat bahwa tidak ada satupun strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk semua kondisi dan situasi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan ketrampilan pengajar dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, yaitu yang disusun berdasarkan karakteristik peserta didik dan situasi kondisi yang dihadapinya.
Strategi pembelajaran yang akan dipilih dan digunakan oleh pengajar bertitik tolak dari tujuan awal pembelajaran. Dengan demikian, penerapannya pun harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan terdapat keselarasan antara tujuan dan pelaksanaan.

1.2    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah adalah sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran di Konsentrasi Pendidikan Administrasi Perkantoran Reguler 2011, Universitas Negeri Jakarta.




1.3    Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode kepustakaan dan metode searching internet. Metode studi pustaka merupakan metode dengan pencarian materi makalah di buku-buku yang berkaitan dengan materi makalah. Sedangkan metode searching internet merupakan metode pencarian data makalah dengan mencari, memilah, dan mengolah data-data yang ada di internet yang berkaitan dengan materi makalah.






















BAB II
LANDASAN TEORI


2.1     Pengertian Strategi Pembelajaran
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikn sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Adapun beberapa pengertian tentang strategi pembelajaran menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1.    Hamzah B. Uno (2008:45)
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.
2.    Dick dan Carey (2005:7)
Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.
3.    Suparman (1997:157)
Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
4.    Hilda Taba
Strategi pembelajaran adalah pola atau urutan tongkah laku guru untuk menampung semua variabel-variabel pembelajaran secara sadar dan sistematis.
5.    Gerlach dan Ely (1990)
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.


6.    Kemp (1995)
Stategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
7.    Sanjaya (2007 : 126)
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.

2.2     Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru antara lain:
a.    Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
Dengan menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam menggunakan strategi ini, yaitu:
1)    Keunggulan Strategi Ekspositori
-    Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
-    Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
-    Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
-    Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi ekspositori ini dilakukan melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat penting untuk dipaham, karena tujuan yang spesifik memungkinkan untuk bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
2)    Kelemahan Strategi Ekspositori
-    Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
-    Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
-    Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
-    Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
-    Oleh karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa secara umum tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain, baik tidaknya suatu strategi pembelajaran isa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
b.    Strategi Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan dari strategi pembelajaran inquiry, yaitu:
1)  Keunggulan / Kelebihan Strategi Pembelajaran Inquiry
-    Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
-    Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
-    Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
-    Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2)    Kelemahan Strategi Pembelajaran Inquiry
-    Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
-    Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
-    Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
-    Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inquiry ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar.
c.    Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama :
•    Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
•    Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
•    Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
1)    Keunggulan strategi pembelajaran berbasis masalah
-    Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
-    Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
-    Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
-    Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
-    Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
-    Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
-    Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
-    Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2)    Kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah
-    Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
-    Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
-    Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
d.    Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.
Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
Kedua, telaah fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
e.    Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam kelompok, (b) adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar..
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
f.    Strategi Pembelajaran Kontekstual /Contextual Teaching Learning
Contoxtual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.  Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
Landasan filosofi Contoxtual Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an yang menekankan pada pengembangan siswa.
Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.
•    Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning)
•    Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
•    Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun  (1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
•    Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)
•    Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut
Inquiry (menemukan) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis Contoxtual Teaching Learning CTL. Inquiry adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.
Siklus Inqiry antara lain :
•    Observasi
•    Bertanya
•    Mengajukan dugaan
•    Pengumpulan data
•    Penyimpulan
Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry), yaitu:
•    Merumuskan masalah.
Contoh : bagaimanakah silsilah raja-raja Majapahit
•    Mengamati atau melakukan observasi
Contoh : membaca buku atau sumber lain untuk mendapat informasi pendukung
•    Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan., table, dan lainnya.
Contoh : siswa membuat bagan silsilah raja-raja Majapahit.
•    Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman i sekelas, guru atau audience yang lain.
Contoh : karya siswa didiskusikan bersama-sama
g.    Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu, afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi, penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan keluarga.
    Strategi pmbelajaran afektif pada umunya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan nilai yang dianggapnya baik.

2.3     Penerapan Strategi Pembelajaran
Berdasarkan rumusan komponen penerapan strategi pembelajaran yang dikemukakan ahli secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi :
1.    Komponen pertama yaitu urutan kegiatan pembelajaran
Mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran.
a)    Sub komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran, penjelasan relevansi isis pelajaran baru, dan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
b)    Sub komponen penyajian, kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan ini peserta didik akan ditanamkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
c)    Sub komponen penutup, merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.
2.    Komponen kedua yaitu metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya, untuk itu guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran mana yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan karakteristik siswa.
Macam-macam metode pembelajaran adalah :
a)    Metode ceramah
Metode ceramah merupakan metode tradisional, karena sejak lama metode ini digunakan oleh para pngajar. Walaupun memiliki banyak kekurangan metode ini masih tetap digunakan sampai sekarang untuk membangun komunikasi antara pengajar dan pebelajar.                     
b)    Metode pembelajaran terprogram
Metode pembelajaran terprogram merupakan metode konvensional yang kini sering digunakan. Metode ini disusun sesuai dengan kepentingan pembelajaran yang diinginkan, dan dijalankan sesuai dengan program belajar yang telah dirancang.
c)    Metode demonstrasi      
Metode demontrasi mengedepankan peragaan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari,baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.     
 
d)    Metode discovery
Metode discovery merupakan metode yang bertolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara komprehensif dan bermakna.
e)    Metode simulasi
Metode simulasi dimaksudkan untuk menanamkan sesuatu yang baik atau menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.                     
f)    Metode do-look-learn/ karya wisata
Metode ini mengajak siswa ke luar kelas dan meninjau atau mengunjungi objrk-objek lainnya sesuai dengan kepentingan pembelajaran.
g)    Metode diskusi      
Metode diskusi yaitu siswa dihadapkan pada suatu masalah berupa pertanyaan atau pernyataan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.                         
h)    Metode praktikum
Metode praktikum mengedepankan aktivitas percobaan, sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
i)    Metode studi mandiri
Metode ini sering disebut dengan metode tugas, jadi guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.            
j)    Metode bermain peran
Metode ini mengajarrkan siswa untuk melakukan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah social.
k)    Metode studi kasus
Metode ini mengedepankan metode berpikir untuk menyelesaikan masalah dan didukung dengan data-data yang ditemukan.
3.    Komponen ketiga yaitu media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media dapat berbentuk orang/guru, alat-alat elektronik, media cetak,dsb. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih media adalah :
a)    Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
b)    Dukungan terhadap isi pelajaran
c)    Kemudahan memperoleh media
d)    Keterampilan guru dalam menggunakannya
e)    Ketersediaan waktu menggunakannya
f)    Sesuai dengan taraf berpikir siswa.
4.    Komponen keempat adalah waktu tatap muka
Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5.    Komponen kelima adalah pengelolaan kelas
Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi: ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau alat-alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar.














BAB III
KESIMPULAN
   

3.1     Kesimpulan
    Jadi, strategi pembelajaran merupakan cara sistematis yang dipilih dan digunakan seorang pembelajar untuk menyampaikan msteri pembelajaran,  sehingga memudahkan pembelajar mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari ututann kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran.
    Penerapan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi baik internal (siswa) maupun eksternal (sarana dan prasarana sekolah), waktu, dan perkembangan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara mutlak.


















DAFTAR PUSTAKA

http://dedi26.blogspot.com/2012/06/pengertian-strategi-pembelajaran.html
http://ndhiroszt.multiply.com/journal/item/3
http://www.sarjanaku.com/2011/03/strategi-pembelajaran.html
http://www.akhmad Sudrajablogspot.ac.id
Siregar, Eveline, dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor                  : Ghalia Indonesia.

Makalah Quantum Learning

Posted by Unknown Label:

PEMBAHASAN
  1. Quantum Learning
Quantum learning adalah kiat, petunjuk, atau strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat , serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan. Ada berberapa teknik pengembangan salah satunya milik Bobbi DePorter yang mengembangkan teknik yang ditujukan untuk membantu siswa menjadi lebih responsive dan lebih bergairah dalam menghadapi tantangan.
Quantum Learning merupakan upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebut suggestologi. Prinsipnya adalah sugesti pasti dan dapat mempengaruhi hasil situasi belajar. Cara yang digunakan ialah suasana belajar seperti dikelas dibuat senyaman mungkin, Seperti penggunaan music, poster besar yang menonjolkan informasi, ditempelkan. Guru yang terampil dalam seni pengajaran sugesti bermunculan.
Menurut Bobbi DePorter dan Hernacki, quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program Neurolingistik (NPL), yaitu suatu penelitian bagaimana otak mengatur informasi. Para pendidik dengan pengetahuan NPL mengetahui bagaiman menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif dan faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling penting. Semua ini dapat menunjuk anda menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang.
Porter mendefinisikan quantum learning sebagai interaksi yang mengubah cahaya menjadi energy. Sebagai pelajar tujuan manusia adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, yaitu interkasi ,hubungan , inspirasi agar dapat menghasilkan energy cahaya.  Mengutip rumus E = mc2 mereka mengalihkan energy tersebut kedalam analalogi tubuh manusia yang secara fisik adalah “ sebuah materi” pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan NPL teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti teori otak kanan atau otak kiri, teori triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik). Teori kecerdasan ganda, pendidikan holostik, belajar berdasarka pengalaman.
Hal yang penting yang perlu dicatat pada quantum learning ialah para siswa dikenali tentang kekuatan pikiran yang tak terbatas. Otak setiap orang itu sama dengan otak Einstein yang dikenal sebagai jenius yang berbeda hanya bagaimana kita mengolahnya. Berbagai faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan dapat menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan dalam belajar bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendorong bagi keberhasilan dalam belajar. Dan setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan kegembiraan dan tepukan.
Quantum learning mengonsep “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat”. Penataan ini bertujuan untuk membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif ini merupakan asset penting dalam belajar. Peserta didik dikondisikan kedalam lingkungan belajar yang optimal, baik secara fisik maupun mental. Kondisi lingkungan inilah yang diharapkan menjadi langkah pertama yang efektif bagi pengalaman belajar.
Penataan lingkungan belajar dibagi dua, yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro.
1.      Lingkungan mikro
Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum menerapakan penataan cahaya, music dan desain ruangan karena semua itu dinilai dapat mengaruhi proses belajar siswa dalam menerima menyerap, dan mengolah informasi. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang dapat menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan ini dapat mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dan mampu belajar dengan mudah. Keadaan tegang dapat menghambat aliran darah keotak dan proses otak bekerja serta akhirnya dapat menganggu konsentrasi.
2.      Lingkungan makro
Lingkungan makro ialah lingkungan luas. Peserta didik diminta menciptakan ruang belajar dimasyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi. Berinteraksi sosial kelingkungan masyarakat yang diminatnya. Menurut Potter semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan mereka akan semakin mahir untuk menghadapi situasi –situasi yang menantang dan semakin mudah anak mempelajari informasi baru. Dan semakin aktif siswa dan berinteraksi hal ini akan memperkaya pengalaman pribadi mereka. Selain itu juga mereka belajar mengambil peluang yang akan datang dan menciptakan peluang jika memang tidak ada peluang. Dengan catatan mereka terlibat aktif dalam setiap interksi. Siswa dipersiapakan dengan segala macam perubahan sehingga mereka terus belajar dari situasi yang baru. Pangalam mendapat sesuatu yang baru akan memperluas rasa nyaman ,dan merasa dihargai.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal:267-271. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
  • Riset otak
Selain riset otak diatas, ada riset lainnya yaitu sebuah teori otak baru “triune theory” (dalam martinson 1974). Menurut teori ini otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1)      the neocortex
The neocortex merupakan bagian yang berisi 80-85 % massa otak manusia. Bagian ini merupakan esensi dari fungsi manusi mental tinggi (analisa, kreativitas). Bagian ini yang membuat manusia unik dibandingkan makhluk lain di bumi.
2)      the limbic system
adalah pusat emosi manusia. Bagian otak ini disebut sebagai bagian sosioemosional. The limbic system juga mamiliki bagian esensial yang berperan dalam memori jangka panjang (long term memory) manusia.
3)      the brain system
The brain system dikenal jga sebagai otak reptile atau the reptilian brain berperan mengendalikan fungsi tubuh yang bersifat otomatis seperti detak jantung, pernafasan dan pencernaan. Bagai berkaiatan juga dengan sifat intrinsik manusia. Otak ini akan bekerja jika manusia mendapat ancaman. Nagiam otak ini akan melindungi manusia agar tetap hidup (survive).
Manusia harus dapat menyeimbangkan peran semua bagian otak. Dalam belajar bagian otak yang terkai dengan fungsi kretifitas tinggi seperti analisis, sintetios dan kreativitas.
“Triune theory (dalam rose 2003) mengemukakan bahawa “ a sense of joy” yaitu belajar harus dalam kondisi yang menyenangkan. Menurut teori ini proses belajar akan menjadi lebih cepat dan mendalam apabila seluruh otak terlibat didalamnnya. Manakala perasaan seseorang sedang dalam kondisi positif, maka dia akan berada dalam keadaan sntai. Dia akan menggunakan neocortec yaitu otak ntuk belajar. Sebaliknya manakal seseorang dalam kondisi negative, individu akan menggunakan otak reptile untuk “survive” maka proses belajar akan melibatkan dan bahkan berhenti.
(Iif Khoiru Ahmadi, M.pd dkk, Pembelajaran Akselerasi hal 10-11)
  • Teori otak kanan dan otak kiri
Teori ini membagi bagian otak menjadi otak kiri dan otak kanan dan kiri. Eksperimen terhadap kedua belahan otak ini menunjukan bahwa masing- masing belahan bertanggung jawab terhadap cara berpikir dan masing- masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu. Misalnya, proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial , linier dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Sedangkan otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Kedua belahan otak penting artinya. Orang yang dapat memnfaatkan kedua belahan otak ini cenderung seimbang dalam setiap aspek hidupnya. Begitupun dalam belajar , akan terasa  mudah karena mereka mempunyai pilihan untuk mengunakan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang sedang dihadapi.
(DePortet, Bobbi dan Mike Hernacki. 2011. Quntum Learning, 36-38. Bandung: Kaifa)
  • Metode Belajar
Pilihan modalitas ada 3 jenis, visual, auditorial dan kinestetik. Untuk mengetahui perbedaannya, salah satu cara sederhana adalah memperhatikan perilaku kita saat menghadiri seminar. Pelajar auditorial lebih suka mendengar materi dan kadang-kadang kehilangan urutannya jika mereka mencatat materinya selama materi berlangsung. Pelajar visual lebih suka membaca makalah dan memperhatikan ilustrasi yang ditempelkan pembicara dan memperhatikan ilustrasi yang ditempelkan pembicara di papan tulis. Mereka juga membuat catatan-catatan yang sangat baik. Pelajar kinestetik lebih baik dalam aktivitas bergerak dan interaksi kelompok.
(DePortet, Bobbi dan Mike Hernacki. 2011. Quntum Learning, hal:114. Bandung : Kaifa)
  1. Quantum Teaching
1.      Sejarah Quantum Teaching
Sejalan dengan quantum learning ,ditemukan juga upaya pengajaran yang bernama quantum teaching. Hal ini berawal dari sebuah upaya Dr. Georgio Lozanov. Yang bereksperimen yang bernama sugestology.
Belajar pada khakikatnya merupakan proses perubahan didalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap dan kebiasaan, dan kepandaian. Belajar juga merupakan salah satu proses penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang melibatkan pendidikan peserta didik. Menurut Bobbi DePorter, “belajar adalah tempat yang mengalir, dinamis, penuh resiko, dan menggairahkan”. Peter Klien mengatakan, “learning is most effective when its fun (belajar akan lebih menyenangkan apabila menyenangkan.)” Sedangkan Dave meyer mengatakan bahwa menyenangkan bukan berarti membuat suasana ribut atau hura-hura. Tetapi yang dimaksud ialah keadaan dimana bangkitnya minat ,adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman dan nilai menyenagkan dari setiap proses pembelajaran. Penciptaan kegembiraan ini dapat diperoleh dengan memilih media atau motode yang sesuai dalam proses pembelajaran. Salah satunya ialah quantum teaching. Siswa harus aktif dalam setiap pembelajaran, menyusun konsep, menyesuaikan dan memberi makna tentang hal yang dipelajari. Dalam quantum teaching, peranan guru adalah membantu agar proses pengkonstruksian belajar oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa mengembangkan dan membentuk pengetahuannya sendiri tidak memtransfer pengetahuan siswa.
Berdasarkan pada pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang melibatkan anak didik yang yang diperoleh dari suatu lingkungan yang dapat menciptakan suasana dinamis, mengalir, dan menyenangkan sehingga anak dapat lebih aktif dalam melakukan pembelajaran.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal: 271. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
Kata quantum ini berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, jadi quantum teaching merupakan lingkungan belajar yang efektif dengan menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi dalam kelas. Sebenarnya model pembelajaran quantum teaching pertama kali muncul di super camp, sebuah program pemercepatan quantum learning yang ditawarkan oleh learning forum. Learning forum adalah sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan kepada perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi seseorang. Selama 12 hari (menginap), siswa-siswa mulai usia 9 tahun sampai 24 tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreatifitas, berkomunikasi dan membina hubungan serta kiat-kiat meningkatkan kemampuan mereka menguasai hal-hal dalam kehidupan. hasilnya menunjukan bahwa murid-murid yang mengikuti super camp mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan lebih bangga dengan diri mereka sendiri.
(A’la, Miftahul. 2010. Quantum Teaching, hal: 21-22. Jogjakarta: DIVA Press.)
2.      Pengertian Quantum Teaching
Metode pembalajaran quantum teaching merupakan aspek penting dalam kemajuan pendidikan di sekolah. Siswa akan dapat belajar dengan baik jika berada dalam kondisi ideal dengn kasih sayang, kehangatan, dorongan, dan dukungan. Bila hal itu terus berlanjut, kesenangan dan kecepatan belajar dapat melekat erat dalam diri siswa. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai metode yang digunakan atau diterapkan oleh pendidik. Dalam hal ini adalah guru yang meningkatkan kualitas pendidikan anak didik sehingga akan diperoleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan dunia kerja di massa yang akan datang.
Quantum merupakan istilah yang banyak digunakan dalam ilmu fisika, namun kini juga menjadi populer dengan munculnya istilah-istilah quantum learning, quantum business, dan quantum teaching. Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Quantum teaching adalah badan ilmu pengetahuan (body of knowledge) dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas super-camp.  Metode ini diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan, seperti accelerated learning, multiple intelligences, neuroa-linguistic programming, exper-mental learning, dan lain-lainnya.
Menurut Bobbi DePorter, quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungfan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal:273. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
3.      Asas Utama Quantum Teaching
      Quantum teaching bersandar pada konsep “bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.” Inilah asas utama atau alasan dasar di balik segala strategi, model, dan keyakinan quantum teaching.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal: 274. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
      Maksudnya yaitu, mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama kita sebagai pengajar harus membangun jembatan autentik memasuki dunia murid. Sertifikat mengajar atau dokumen yang mengizinkan mengajar atau melatih hanya berarti bahwa memiliki wewenang untuk mengajar.  Hal ini tidak berarti bahwa  mempunyai hak mengajar. Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh siswa, bukan oleh Kementrian Pendidikan. Belajar dari segala definisinya afalah kegiatan yang full-contact. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia-pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena belajar berurusann dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru.
      Jadi, masuki dahulu dunia mereka (para pembelajar). Mengapa? Karena tindakan ini kan memberi seorang guru izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Bagaimana caranya? Dengan mengaitkan apa yang diajarkan pada sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, guru akan dapat membawa mereka ke dalam dunia guru, dan memberi mereka pemahaman mengenai isi dunia itu. Disinilah kosa kata baru, model mental, rumus, dan lain-lain dibeberkan. Seraya menjelahahi kaitan dan iteraksi, baik siswa maupun guru mendapatkan pemahaman baru dan “Dunia Kita” diperluas tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru.
(Siregar, Eveline dan Harrtini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, hal: 83. Bogor : Ghalia Indonesia.)
4.      Prinsip-Prinsip Quantum Teaching
      Menurut Bobbi DePorter, quantum teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
a.      Segalanya berbicara. Segala tingkah laku yang dilakukan oleh guru merupakan salah satu cara untuk berinteraksi dengan siswa sehingga siswa dapat “menangkap” yang guru ajarkan dengan cepat.
b.      Segalanya bertujuan. Semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki tujuan.
c.       Pengalaman sebelum pemberian nama. Guru dalam memberikan materi pelajaran disesuaikan dengan pengalaman yang pernah dialami oleh siswa sehingga akan dengan mudah siswa memahami materi yang diajarkan.
d.      Akui setiap usaha. Guru harus dapat mengakui setiap usaha siswa dalam menangkap materi yang diberikan dengan memberikan pengakuan atas segala kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e.       Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Guru dapat memberikan pujian kepada siswa atas prestasi yang mereka peroleh sehingga akan mendorong mereka untuk tetap dalam keadaan prima.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal:274. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
5.      Model Quantum Teaching
Model quantum teaching hampir sama dengan simfoni. Dalam simfoni, banyak unsur yang mendukungnya. Kita dapat membagi unsur tersebut menjadi dua kategori, yaitu konteks dan isi (context and content).
a.      Konteks (context) merupakan keakraban ruang orchestra itu sendiri (lingkungan), semangat konduktor dan para pemain musiknya (suasana), keseimbangan instrument dan musisi dalam bekerja sama (landasan), dan interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan). Unsur-unsur ini berpadu dan kemudian menciptakan pengalaman bermusik yang menyeluruh. Konteks menata panggung mempunyai empat aspek yaitu sebagai berikut.
1)      Suasana, konduktor dan pemain musiknya. Maksudnya, suasana kelas mencakup bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap guru terhadap sekolah dan belajar. Suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar.
2)      Landasan, keseimbangan instrument dan musisi. Maksudnya adalah kerangka kerja yaitu tujuan, prinsip, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama untuk bekerja dalam komunitas belajar.
·         Tujuan,di kelas tujuan yang sama bagi setiap seluruh siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai pemain tim, serta mengembangkan keterampilan lain yang dianggap penting. Misalnya pada akhir tahun ini, semua orang disini akan bisa berbahasa Jepang cukup baik untuk melakukan percakapan panjang.
·         Prinsip, gambaran tentang cara yang dipilih para anggotanya untuk menjalani kehidupan ini. Prinsip ini mirip dengan kesadaran bersama yang akan menuntun prilaku dan membantu tumbuhnya lingkungan yang saling mempercayai dan mendukung. Agar prinsip melekat, setiap orang di kelas harus setuju bahwa prinsip tersebut penting dan harus dijunjung tinggi. Di bawah ini adalah satu set prinsip quantum teaching yang biasa disebut 8 kunci keunggulan, yaitu sebagai berikut:
a)      Integritas, bersikaplah jujur, tulus, dan menyeluruh. Selaraskan nilai-nilai dengan perilaku guru.
b)      Kegagalan awal kesuksesan, pahamilah bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi yang kita butuhkan untuk sukses. Kegagalan itu tidak ada, yang ada adalah hasil dan umpan balik. Semuanya dapat bermanfaat jika kita tahu cara menemukan hikmahnya.
c)      Bicaralah dengan niat baik, berbicaralah dengan pengertian positif dan bertanggung jawab untuk komunikasi yang jujur dan lurus. Hindari gossip dan komunikasi berbahaya.
d)      Hidup disaat ini, pusatkan perhatian kita pada saat ekarang ini, dan manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Kerjakan setiap tugas sebaik mungkin.
e)      Komitmen, penuhi janji dan kewajiban kita, laksanakan visi kita. Lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan kita.
f)        Tanggung jawab, bertanggung jawablah atas tindakan kita.
g)      Sikap luwes atau fleksibel, bersikaplah terbuka terhadap perubahan atau pendekatan baru yang dapat membantu memperoleh hasil yang diingingkan.
h)      Keseimbangan, jaga keselarasan pikiran, tubuh, dan jiwa kita. Sisihkan waktu untuk membangun dan mmelihara tiga bidang ini.
·         Keyakinan, yakinlah dengan kemampuan mengajar dan kemampuan siswa belajar. Bertindak seolah-olah menjadi guru terhebat di dunia, dengan bersikap penuh percaya diri. Suatu saat guru akan percaya akan kemampuannya itu sendiri.
·         Kebijakan, mendukung tujuan komunitas belajar dan menjelaskan urutan tindakan untuk situasi tertentu. Misalnya, jika siswa tidak dapat hadir, mereka meminta tugas yang terlewat dari guru.
·         Prosedur, memberi tahu siswa apa yang diharapkan dan tindakan apa yang diambil. Misalnya berbaris di depan pintu sebelum masuk, tempat mengumpulkan pekerjaan rumah, dan sebagainya.
·         Peraturan, lebih ketat daripada kesepakatan atau kebijakan. Melanggar peraturan harus menimbulkan konsekuensi yang jelas. Misalnya, karena kita saling mendukung, maka tidak ada kata ejek-ejekan, jika ada yang melanggar, konsekuensinya bisa berupa peringatan, setrap dan sebagainya.
3)      Lingkungan, yaitu cara kita menata ruang kelas, pencahayaan warna, pengaturan meja dan kursi, tamanan, musik, dan semua hal yang mendukung proses belajar.
·         Lingkungan sekeliling. Lingkungan yang ada di sekeliling dapat membantu daya ingat, seperti sebuah gambar lebih berarti daripada seribu kata. Bisa juga dengan menciptakan poster ikon (gambar-gambar yang nantinya akan dipajang pada dinding), poster afirmasi (poster motivasi dengan pesan-pesan yang membuat siswa semangat.)
·         Alat bantu. Benda yang dapat mewakili suatu gagasan, seperti boneka untuk mewakili tokoh dalam karya sastra.
·         Pengaturan kursi. Pengaturan kursi disesuaikan dengan jenis interaksi yang akan digunakan, seperti setengah lingkaran untuk diskusi kelompok. Jika kursi sulit dipindahkan bisa dengan membalikan badan dengan berinteraksi kelompok kecil, atau duduk diantara lorong antara kursi.
·         Tumbuhan, aroma, hewan peliharaan , dan unsur organik lainnya. Tumbuhan menambah keadaan estetika, binatang dapat menenangkan dan mngeluarkan sifat penyayang, aroma memicu respons seperti ketenangan, depresi, kelaparan, dan kecemasan.
·         Musik, digunakan untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar.
(Siregar, Eveline dan Harrtini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, hal: 86-87. Bogor : Ghalia Indonesia.)
4)      Rancangan, interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik. Maksudnya adalah penciptaan terarah pada unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa untuk mendalami makna, dan memperbaiki postur tukar-menukar informasi.
Menurut Bobbi DePorter, kerangka rancangan belajar quantum teaching dikenal dengan sebutan “tandur”, yaitu tumbukan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.
·         Tumbuhkan
Guru harus mampu menumbuhkan minat belajar kepada siswa dan dalam hal ini guru harus mampu menumbuhkan minat belajar kepada siswa agar kemampuan siswa dapat meningkat. Manfaatkan kehidupan pelajar dengan menyertakan diri mereka dan memikat mereka. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu”(AMBAK). Dengan menyertakan pertanyaan, pantomime, lakon pendek dan lucu, drama, video, dan cerita.
·         Alamiah
Dalam penyampaian materi pembelajaran, guru harus memberikan contoh yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa. Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa, dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman membuat kita mengajar “melalui pintu belakang” untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan mereka. Misalnya dengan cara permainan.
·         Namai
Penyampaian materi yang jelas dan lugas akan sangat membantu siswa dalam memahami dan mengerti materi pelajaran yang diberikan. Untuk mewujudkan hal tersebut, guru dalam menyampaikan materi harus menggunakan kata dan kalimat yang benar dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa akan mudah untuk menerima materi pelajaran dengan baik. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”. Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan dan mendefinisikan. Penamaan dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, ketrampilan berpikir dan strategi belajar. Misalnya dengan menggunakan susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan poster di dinding. Dari situ guru menbuat mereka penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka.
·         Demonstrasikan
Dalam menyampaikan materi, guru dapat menggunakan media atau alat peraga dengan maksud supaya siswa dapat dengan mudah memahami dan mengerti materi pelajaran yang telah diberikan.
·         Ulangi
Guru dapat memberikan ringkasan atau rangkuman materi pelajaran kepada siswa supaya siswa dapat dengan mudah mengingat materi pelajaran yang telah diberikan.
·         Rayakan
Rayakan maksudnya guru dapat memberikan penghargaan atau pujian kepada siswa atas segala usaha dan kerja keras mereka dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan sehingga siswa merasa diakui setiap usahanya.
Kerangka rancangan belajar tersbut bertujuan untuk memberikan cara atau jalan kepada pendidik (guru) dalam menyampaikan materi pelajaran dan cara untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa karena dengan menerapkan kerangka rancangan belajar tersebut, guru dan siswa dapat saling bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan siswa dapat menangkap materi yang diajarkan dengan baik.
(Siregar, Eveline dan Harrtini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, hal: 84-89. Bogor : Ghalia Indonesia.)
Unsur-unsur dalam kerangka rancangan belajar tersebut membentuk basis structural keseluruhan yang mendasari quantum teaching. Kerangka ini juga memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan mencapai sukses.
b.      Isi (content), anggaplah sebagai lembaran musik. Not-not nyata pada semua halaman, yang lebih dari sekedar pada sebuah halaman. Salah satu unsur isi adalah bagaiman tiap frase musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap orchestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen.
Presentasi, seperti isi dalam simfoni, yaitu bagian kurikulum yang ringkas dan bergairah, anggun tapi menarik, penyanyi yang piawai, baik seorang guru TK atau penceramah motivasional memiliki strategi an teknik yang jelas untuk mwmastikan bahwa sajian mereka memiliki dampak. Guru adalah salah satu faktor yang paling berarti dan berpengaruh dalam kesuksesan siswa sebagai pelajar.  Berikut ini adalah empat komunikasi ampuh, yaitu sebagai berikut.
1)      Munculkan kesan, manfaatkanlah kemampuan otak untuk mnyediakan asosiasi yang kaya. Susunlah perkataan yang meminbulkan citra yang dapat memacu belajar siswa. Misalnya, “Bagian ini sangat menantang, maka simaklah baik-baik supaya kalian memahaminya”. Jangan mengatakan hal. “Anak-anak, bagian bab ini paling sulit dan membosankan, jadi kalian harus waspada kalau tudak mau gagal”.
2)      Arahkan focus, memanfaatkan kemampuan otak yang mampu memilih dari banyaknya input indrawi, dan memusatkan perhatian otak. Maksudnya seorang guru harus bisa memusatkan perhatian siswa pada bahasan yang akan seorang guru bahas. Misalnya jangan menggunakan, “Jangan dekati perlengkapan seni itu saat kalian pindah ke kelompok kalian”. Hal itu justru menarik perhatian ke perlengkapan seni, arahkan fokus dengan, “Cari tempat berkumpul ke kelompok kalian. Pindahlah langsung ke tempat itu dan baawa buku kalian”. Tanpa menyebutkan perlengkapan seni dan menyebutkan focus yang jelas, kita bisa mengarahkan siswa agar tidak mendekati perlengkapan seni tersebut.
3)      Inklusif (bersifat mengajak), di dalam perkataan seorang guru harus menimbulkan asosiasi yang positif. Misalnya, “Bapak minta kalian mengeluarkan buku kalian”. “Yang harus kalian lakukan berikutnya adalah mengeluarkan pekerjaan rumah kemarin”. “Bapak minta kalian mengumpulkan bahan-bahan kalian”. Sebaiknya, “Mari kita keluarkan buku”. “Sekarang keluarkan pekerjaan rumah kalian”. “Sudah waktunya mengumpulkan bahan-bahan kita”. Perubahan sederhana dalam kata dapat meningkatkan hubungan kerja sama yang menyeluruh, setiap orang diajak.
4)      Spesifik (bersifat tepat sasaran), katakanlah apa yang perlu dikatakan dengan kejelasan seanyak mungkin dan jumlah kata sedikit mungkin. Inilah yang disebut hemat bahasa. Misalnya para siswa bersiap-siap untuk beristirahat. Jadi guru berkata, “Anak-anak, bersiaplah untuk istirahat”. Seharusnya, “Anak-anak, kembalikan bahan ke tempatnya dengan rapi, masukkan sampah ke tempat sampah, dan simpan kertas kalian dalam rak berlabel lalu kalian boleh beristirahat”. Hemat bahasa di sini bukan berarti sedikit bicara, namun kejelasan tujuan yang akan guru sampaikan kepada siswanya.
(Siregar, Eveline dan Harrtini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, hal:89-90. Bogor : Ghalia Indonesia.)
Fasilitasi, dengan memfasilitasi keadaan siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk memahami, berpartisipasi, berfokus, dan menyerap informasi.
1)      Know it (ketahui hasilnya), pahamilah semua yang akan kita sampaikan, rupa (table yang berisi tiga faktor untuk kejadian dna akibatnya), bunyi (siswa saling berdiskusi melengkapi table), rasa hasil (siswwa dengan tenang pergi ke rak buku untuk mencari informasi). Sejauh mana guru mengetahui rupa, bunyi, rasa hasil, guru dapat mengkomunikasikannya dengan jelas dan mendapatkan hasil yang diinginkan.
2)      Explain it (jelaskan hasilnya), setelah mengetahui dengan jelas rupa, bunyi, dan rasa hasil. Jelaskan kepada siswa bayangan tentang hasil itu, beberkan secara terbuka, gunakan rumus yang spesifik. Misalnya, “Tantangan ini sederhana, kualitasnyapasti luar biasa. Begini caranya, gambarkan dengan jelas, boleh menggunakan media…, pastikan siklusnya berwarna, dinamai dengan benar…,serinci mungkin”.
3)      Get it (dapatkan hasilnya), perhatikan dan dengarkan siswa memulai, jika tidak mematuhi beri tahu mereka dan beri umpan balik, hentikan sesaat dan katakana mutu pekerjaan mereka. Lebih baik lagi katakan perbaikan yang perlu siswa lakukan, lalu lanjutkan kembali.
(Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, hal 90-91. Bogor: Ghalia Indonesia.)
6.      Aspek Pembelajaran Quantum Teaching
Fasilitas belajar yang memadai sangat mendukung dalam kegiatan belajar mengajar. Ruang kelas dan segala isinya merupakan salah satu bagian terpenting dalam kelancaran proses belajar mengajar. Menurut Bobbi DePorter, kelas dapat menjadi “rumah” bagi siswa tidak hanya terbuka terhadap umpan balik, tetapi juga mencarinya; tempat siswa belajar dan mendukung orang lain; tempat siswa mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh. Beberapa konteks dalam menata kelas adalah sebagai berikut.
a.      Suasana kelas yang berisi interaksi guru dan siswa yang penuh dengan kegembiraan yang akan membawa pula kegembiraan pula dalam belajar.
b.      Landasan yang berupa kerangka kerja yang akan memberi guru dan siswa sebuah pedoman bekerja dalam komunitas belajar.
c.       Lingkungan, yaitu bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang nyaman yang dapat mendukung proses belajar.
d.      Rancangan adalah unsur-unsur penting yang dapat menumbuhkan minat siswa dalam menerima materi pelajaran.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal:277. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)
7.      Strategi Pembelajaran Quantum Teaching
Menurut Bobbi DePorter, terdapat enam strategi atau cara mengajar Quantum Teaching.
a.      Kekuatan-Terpendam Niat
Guru harus selalu memandang siswa sebagai siswa yang hebat, top dan pandai sehingga guru akan dapat dengan mudah memahami siswa. Materi pelajaran yang diberikan pun dapat dengan mudah diterima oleh siswa.
b.      Jalinan Rasa Simpati dan Saling Pengertian
Guru harus membangun hubungan yang baik dengan siswa, menjalin rasa simpati, dan saling pengertian karena hubungan ini yang akan membuat guru memahami, mengertil dan mengetahui mereka sehingga akan memudahkan guru dalam pengelolaan kelas dan meningkatkan kegembiraan.
c.       Keriangan dan Ketakjuban
Guru menciptakan suatu kegembiraan dalam mengajar lebih menyenangkan. Kegembiraan akan membuat siswa lebih mudah dalam menangkap materi pelajaran yang diberikan. Memasukkan ketakjuban dan penjelajahan ke dalam belajar akan kembali membebaskan siswa, menambahkan arti lebih pada belajar jika belajar diawali dan dicari melalui ketakjuban, penjelajahan, dan pertanyaan.
d.      Pengambilan Risiko
Pengambilan risiko dalam belajar akan membangkitkan kesukaan bertualang alami kepada siswa dan akan menambah pengalaman mereka. Pengambilan risiko juga dapat membawa siswa untuk berani keluar dari zona nyaman mereka sehingga mereka bisa lebih bebas berekspresi dan berpendapat.
e.       Rasa Saling Memiliki
Semua siswa engine merasa saling memiliki. Dengan membangun rasa saling memiliki, akan mempercepat proses pengajaran dan meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.
f.        Keteladanan
Guru harus dapat memberi teladan kepada siswa karena semakin guru memberi teladan, siswa akan semakin tertarik dan mulai mencontohnya karena mereka merasa ada kecocokan antara keyakinan, perkataan, dan perbuatan.
Keenam strategi quantum teaching tersebut merupakan bahan-bahan kunci untuk membangun suasana belajar yang abgus sehingga akan tercipta suasana belajar yang tidak hanya biasa saja, tetapi akan tercipta suuatu pengalaman penemuan strategi belajar yang luar biasa.
(Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran, hal: 278. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.)




DAFTAR PUSTAKA
A’la, Miftahul. 2010. Quantum Teaching. Jogjakarta: DIVA Press.
Ahmadi, Iif Khoiru  dkk. 2011.  Pembelajaran Akselerasi. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2011. Quntum Learning. Bandung : Kaifa
Kastolani. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning. Bandung : Kaifa.
Siregar, Eveline dan Harrtini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia.
Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA.